Dewi Trisna Wati-Panggul, Trenggalek, jawa Timur.
Ungkap dan Telusur "Panggul"
PANGGUL. 59 km Barat Daya Kota Trenggalek, Jawa Timur. Wilayah pegunungan yang mengitari dataran rendah lengkap dengan sungai-sungai mengalir hingga ke Samudra Indonesia. Beragam potensi kebudayaan dan pariwisata seperti Pantai Konang, Pantai Pelang, Pantai Njoketro, Konservasi Penyu dan Kili-Kili, Pemandangan Laut Besuki acap kali teringat ketika menyebutkan nama daerah ini. Asing memang terdengar di telinga masyarakat luas. Bahkan, sesekali dijumpai masyarakat di Trenggalek tak jarang yang mengetahui adanya daerah ini. Hal ini terjadi karena belum terlalu terekspos. Padahal, Panggul adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat dan omset pasar kedua terbesar di Trenggalek. Masyarakat di sana masih memegang teguh budaya, mitos, dan adat istiadat Jawa. Segala bentuk kesenian Jawa masih ada sampai sekarang.
Terdapat segudang cerita sejarah dibalik Panggul. Salah satunya toponimi kecamatan Panggul. Konon, Panggul merupakan bagian dari hutan lebat di wilayah Selatan Jawa. Nama Panggul berasal dari kata "pang" dan "unggul". "Pang" dalam bahasa Indonesia cabang atau ranting pohon dan unggul memiliki makna kelebihan. Jika digabung bermakna "panggonan sing unggul" artinya tempat yang memiliki kelebihan atau keunggulan.
Daerah yang beriklim tropis pantai ini dulunya terdapat pohon besar. Kemudian, oleh seorang utusan dari daerah Kerajaan Wengker bernama Panji Nawangkung mengawali peradaban sekaligus membuka hutan atau babak alas. Kebudayaan dan agama Islam yang ada di Panggul merupakan hasil dari Kyai Onggo yakni seorang utusan dari Mataram yang saat itu menjadi wakil Sultan Ageng di Pacitan.
Tempat yang dulunya terdapat pohon besar, kini menjadi tempat bermukim yang padat penduduk dengan mayoritas sebagai petani karena di Panggul banyak terdapat sungai dan dataran rendah. Hal inilah yang didaulat sebagai lambang kesuburan Desa Panggul.
Selain itu, terdapat Pada masa prasejarah, Panggul merupakan daerah transit tempat dilaluinya perjalanan suku nomaden dari Pacitan menuju Wajak Tulungagung. Menurut HR. Wan Keerken, Homo Wajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa plestosinatas, sedangkan peninggalan-peninggalan manusia purba Pacitan berkisar 8000-23.000 tahun yang lalu. Sehingga, disimpulkan bahwa pada zaman itulah Panggul dilalui oleh manusia yang nomaden/berpindah-pindah. Ditemukannya Prasasti Kamsyaka pada tahun 929 M bahwa Panggul masuk Perdikan Kampak. Perjanjian Gianti 1755 bahwa Panggul masuk wilayah Bupati Pacitan yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1916 dengan berkuasanya Belanda di Pulau Jawa, Panggul diserahkan yang semula pada tahun 1812 periode Rafles, Panggul di bawah kekuasaan Inggris. Pada tahun 1830 kekuasaan bupati Ponorogo dan kesunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dari zaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan kabupaten versi pemerintah Hindia Belanda sampai tahun 1923. Dengan dikeluarkannya UU. No.12 Tahun 1950 baru resmi masuk sebagai Tata Administrasi Pemerintah Republik Indonesia.
Mengungkap dan menelusuri cerita daerah Panggul hanyalah sebagian kecil wujud kita terhadap sejarah. "JASMERAH" jangan sekali-kali melupakan sejarah.
#HariPurbakala105
#Hari Purbakala105_Toponimi
@haripurbakala105 lanjut di kolom komentar.
Ungkap dan Telusur "Panggul"
PANGGUL. 59 km Barat Daya Kota Trenggalek, Jawa Timur. Wilayah pegunungan yang mengitari dataran rendah lengkap dengan sungai-sungai mengalir hingga ke Samudra Indonesia. Beragam potensi kebudayaan dan pariwisata seperti Pantai Konang, Pantai Pelang, Pantai Njoketro, Konservasi Penyu dan Kili-Kili, Pemandangan Laut Besuki acap kali teringat ketika menyebutkan nama daerah ini. Asing memang terdengar di telinga masyarakat luas. Bahkan, sesekali dijumpai masyarakat di Trenggalek tak jarang yang mengetahui adanya daerah ini. Hal ini terjadi karena belum terlalu terekspos. Padahal, Panggul adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat dan omset pasar kedua terbesar di Trenggalek. Masyarakat di sana masih memegang teguh budaya, mitos, dan adat istiadat Jawa. Segala bentuk kesenian Jawa masih ada sampai sekarang.
Terdapat segudang cerita sejarah dibalik Panggul. Salah satunya toponimi kecamatan Panggul. Konon, Panggul merupakan bagian dari hutan lebat di wilayah Selatan Jawa. Nama Panggul berasal dari kata "pang" dan "unggul". "Pang" dalam bahasa Indonesia cabang atau ranting pohon dan unggul memiliki makna kelebihan. Jika digabung bermakna "panggonan sing unggul" artinya tempat yang memiliki kelebihan atau keunggulan.
Daerah yang beriklim tropis pantai ini dulunya terdapat pohon besar. Kemudian, oleh seorang utusan dari daerah Kerajaan Wengker bernama Panji Nawangkung mengawali peradaban sekaligus membuka hutan atau babak alas. Kebudayaan dan agama Islam yang ada di Panggul merupakan hasil dari Kyai Onggo yakni seorang utusan dari Mataram yang saat itu menjadi wakil Sultan Ageng di Pacitan.
Tempat yang dulunya terdapat pohon besar, kini menjadi tempat bermukim yang padat penduduk dengan mayoritas sebagai petani karena di Panggul banyak terdapat sungai dan dataran rendah. Hal inilah yang didaulat sebagai lambang kesuburan Desa Panggul.
Selain itu, terdapat Pada masa prasejarah, Panggul merupakan daerah transit tempat dilaluinya perjalanan suku nomaden dari Pacitan menuju Wajak Tulungagung. Menurut HR. Wan Keerken, Homo Wajakensis (manusia purba wajak) hidup pada masa plestosinatas, sedangkan peninggalan-peninggalan manusia purba Pacitan berkisar 8000-23.000 tahun yang lalu. Sehingga, disimpulkan bahwa pada zaman itulah Panggul dilalui oleh manusia yang nomaden/berpindah-pindah. Ditemukannya Prasasti Kamsyaka pada tahun 929 M bahwa Panggul masuk Perdikan Kampak. Perjanjian Gianti 1755 bahwa Panggul masuk wilayah Bupati Pacitan yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta. Pada tahun 1916 dengan berkuasanya Belanda di Pulau Jawa, Panggul diserahkan yang semula pada tahun 1812 periode Rafles, Panggul di bawah kekuasaan Inggris. Pada tahun 1830 kekuasaan bupati Ponorogo dan kesunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dari zaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan kabupaten versi pemerintah Hindia Belanda sampai tahun 1923. Dengan dikeluarkannya UU. No.12 Tahun 1950 baru resmi masuk sebagai Tata Administrasi Pemerintah Republik Indonesia.
Mengungkap dan menelusuri cerita daerah Panggul hanyalah sebagian kecil wujud kita terhadap sejarah. "JASMERAH" jangan sekali-kali melupakan sejarah.
#HariPurbakala105
#Hari Purbakala105_Toponimi
@haripurbakala105 lanjut di kolom komentar.
Pantai Pelang Di Kecamatan Panggul , Pantai Indah di Ujung Barat Kota Trenggalek
BalasHapusRead more: https://www.panjinawangkung.com/2019/01/pantai-pelang-di-kecamatan-panggul.html
Terimakasih kak sudah berkunjung
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus