Cerpen Tema Sekolah

Selepas Api Unggun

Dunia mistis sering membuat orang penasaran, salah satunya diriku. Mungkin acap kali melihat bapakku menolong orang kerasukan. Aku pernah berharap bisa seperti beliau. Ternyata, Tuhan menyepakatiku. Tahun kemarin, aku dan 24 anggota PMR ditugaskan menjadi tim medis acara perkemahan di sekolah. Kami mempunyai ritual makan sempol di UKS sebelum bertugas. Lalu, duduk melingkar seraya memanjatkan doa. Terkadang, bukan doa yang ku panjatkan tapi bagaimana caranya agar sempol itu bisa ku lahap habis tanpa campur mulut dengan teman yang lain. Sungguh picik akalku.

Selang beberapa menit, dari sudut pintu si laki-laki cerdas dalam ilmu Sains berdehem, "Jarene Mas Gentong, tugas akhir kuwi mesti akeh kejutan bar api unggun, " Ucap Komar nama laki-laki itu. Jujur, akalku belum terlalu gamblang memaknai kata-katanya.

Singkat cerita, saat penyalaan api unggun dingin begitu menyeruak. Api berjalan menyusuri bentangan tali temui dan jatuh ke tumpukan kayu yang tertata. Tepuk tangan pramuka berpadu jeritan dari satu peserta. "Wah, ada yang janggal nih, " Bisik Joko sambil membenarkan scraff di lehernya. Riuh memenuhi sekolah kala itu. Semua anggota PMR kalang kabut menangani jumlah orang sakit yang melebihi kapasitas. Ditambah enam siswa kerasukan bergilir. "Jogoen bocah iki, aku tak melu njajal bocah kae. Eling Ngon aja kosong pandanganmu, " Ucap Endri. "Dewe tatag aku kok eram! " Ujarku. Jujur, batinku sebenarnya berontak mengucapkan kalimat tersebut.

Lima menit berlalu, hening memenuhi ruang. Mata siswa itu nyalang. Tangannya kembali mencengkeram pundakku sembari meracau. Aku mempraktikkan metode bapak yaitu meluruskan telapak tangannya agar tidak menggenggam. Ketika hendak membaca "Bismillah", tubuhku terdorong. Lantas, datanglah beberapa panita menangani disini tersebut. " Taun ini setanne padha ngejak kenalan. Ayo didongakne ae, "kata Pak Galih. "

"Ternyata kejutannya ini", batinku.

Komentar

Posting Komentar

Terimakasih