TEORI BELAJAR KOGNITIF

Istilah kognitif berasal dari kata cognition, padarannya dengan knowing yang berarti mengetahui. Neisser, mengartikan cognition ialah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Tokoh utama aliran teori psikologi kognitif adalah Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg. Selanjutnya, psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori Gestalt. Peletak dasar psikologi ini ialah Mex Werther yang meneliti tentang pengalaman dan problem solving. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah ranah psikologis manusia yang meliputi sikap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pemevahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons, lebih dari itu belajar melibatkan proses belajar hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yng sangat kompleks. Munculnya teori kognitif, sebagai antitesis terhadap teori behaviorisme. Menurut teori kognitif, teori behaviorisme mempunyai beberapa kelamahan, yang mununtut adanya pemikiran teori belajar yang baru. Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respoms. Belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognitif, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Situasi belajar seseorang terlibat langsung dengan situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi, kaum kognitif berpandangan bahwa, tingkah laku manusia lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam satu situasi. Teori kognitif, menjelaskan penngertian pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mampu mengenal dan memberikan kesempatan kepada siswa apa yang sedang dipelajari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, dan nilai sikap yang besifat relatif dan berbekas. Beberapa pandangan tentang teori kognitif diantaranya : 1. Teori perkembangan Jean Piaget Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ia menyimpulkan bahwa daya piker atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap Asimilasi (proses penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki individu), Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru), Ekuilibrasi (penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi) Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif menjadi empat, yaitu: a. Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun) Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan dilakukan selangkah demi selangkah. b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah penggunanaan symbol atau tanda bahasa, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. c. Tahap operasional konkret (umur 7/8-11/12 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. d. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun) Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Di dalam pembelajaran, ekuilibrasi adalah sebuah proses internal. Bahwa perkembangan kognitif dapat terjadi hanya ketika disekulibrium atau konflik kognitif terjadi. Suatu peristiwa harus terjadi dan menimbulkan sebuah gangguan dalam struktur kognitif sehingga keyakinan mereka tidak sesuai dengan realitas yang diamati. Ekulibrasi berupaya menjelaskan konflik melalui asimilasi dan akomodasi. Pembelajaran akan optimal ketika konfliknya kecil dan ketika anak-anak ada dalam transisi antartahapan. Piaget menggarisbawahi bahwa perkembangan kognitif tidak dapat diajarkan, namun guru mendapat keuntungan jika tahu pada level mana siswa menjalankan funsinya. Piaget mengingatkan agar guru selalu menjaga siswa agar tetap aktif. 2. Teori belajar menurut Jerome Brunner Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dalam teorinya, “free discovery learning” ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning). Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic. Diantaranya: a. Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya (gigitan, sentuhan, pegangan). Pada tahap ini, anak didik melakukan aktivitas-aktivitas dalam usaha memahami lingkungan sekitarnya. Peserta didik melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas. Artinya, dalam memahami dunia sekitar, anak menggunakan pengetahuan motorik. b. Ikonik, yaitu pada tahap ini, anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, dalam memahami dunia sekitarnya. Anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan. c. Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika (anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika) Ciri-ciri khas teori Brunner belajar penemuan Brunner ini, di antaranya : 1. Tentang discovery, merupakan ciri umum dari teori Brunner ini, dimana teori ini mengarahkan agar peserta didik mampu dalam menemukan, mengolah, memiliah dan mengembangkan. Berbeda dengan teori yang lain seperti teori behavioristik yang belajar berdasarkan pengalaman tidak memperhatikan aspek kognitifnya. 2. Konsep kurikulum siral dimana dalam teorinya dituntut adanya pengulangan-pengualangan terhadap pengetahuan yang sama namun diualang pembahasan yang lebih luas dan mendalam. Seperti pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Sosial yang diajarkan pada Sekolah Dasar, kemudian ilmu pengetahuan tersebut masih dapat diajarkan di Perguruan Tinggi seperti Psikologi Belajar. Adapun ciri khasnya yaitu : 1. Empat tema tentang pendidikan yakni arti struktur pengetahuan, kesiapan untuk belajar, menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, motivasi dan keinginan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. 2. Model dan kategori, pendekatan Brunner didasarkan pada asumsi yakni pada pemerolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktiif. 3. Belajar sebagai proses kognitif Brunner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah memperoleh informasi baru, transformasi innformasi, menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Kelebihan dan kekurangan teori. Adapun kelebihan Teori Brunner di antaranya: 1. konsep ini membantu peserta didik mengembangkan bakatnya, membentuk kesiapan serta kemampuan keterampilan dalam proses kognitif peserta didik. 2. Peserta didik mendapatkan pengetahuan yang bersifat pribadi sehingga pengetahuan tersebut dapat bertahan lama dalam peserta didik. 3. Konsep ini memberikan semangat pada peserta didik 4. Konsep ini memberikan kesempatan kepada peerta didik untuk mengembangkan kemampuannya dan keterampilannya 5. Memberikan kepercayaan tersendiri bagi peserta didik karena mampu menemukan, mengolah, memilah, dan mengembangkan pengetahuan sendiri. Sedangkan kelemahannya ialah sebagai berikut : 1. memakan waktu yang cukup banyak, dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menjerumus kepada kekacauan dan kekaburan atas maeri yang dipelajari. 2. Konsep belajar ini menurut peserta didik untuk memiliki kesiapan dan kematangan mental. 3. Konsep ini kurang berhasil apabila dilaksanakan di dalam kelas. 4. Terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan ketrampilan bagi peserta didik. 5. Konsep ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. 3. Teori belajar menurut David Paul Ausubel David Paul Ausubel seorang ahli psikologi kognitif memberikan teori yang sangat distingsif, yaitu meaningful learning, atau pembelajaran bermakna, yaitu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-onsep yang relevan terdapat dalam struktur kognnitif seseorang. Dalam belajar bermakna, informasi baru dikorelasikan dengan pengetahuan yang sudah ada dan diketahui serta dipahami oleh pelajar atau siswa. Belajar seharusnya merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Teori ini banyak memusatkan perhatiannya pada konsepsi bahwa perolehan dan retensi pengetahuan baru merupakan fungsi dari struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Siswa lebih ditekankan untuk berpikir secara deduktif (konsep advance organizer). Inti dari teori Ausuble yaitu Belajar Bermakna (Meaningful Learning). Dimensi belajar menurutnya ada 2, yaitu : a. Penerimaan/penemuan : belajar akan lebih bermakna apabila siswa dapat mengaitkan informasi baru yang diterimanya dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif yang dimilikinya. b. Hafalan/bermakna : bila siswa tidak mampu mengaitkan informasi baru dengan konsep yang dimiliki maka kondisi ini dikatakan sebagai belajar hafalan. Prinsip belajar Teori Kognitif yang digunakan dalam dunia pendidikan : a. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logik tertentu b. Penyusunan prosedur pengajaran harus dari sederhana kekompleks c. Proses pembelajaran dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal Implikasi Teori Kognitif dalam pembelajaran : a. Memberi kesempatan kepada pelajar untuk mengemukakan idea, untuk berfikir tentang pengalamannya, untuk mencoba perkara baru b. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan tujuan pelajar c. Menciptakan lingkungan yang kondusif Kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Kognitivisme : Kelebihan : a. Menjadikan siswa lebih kreatif dan meningkatkan motivasi b. Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah c. Dapat meningkatkan kemampuan pelajar untuk menyelesaikan masalah (problem solving) Kelemahan : a. Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan b. Sulit dipraktikkan pada khusunya ditingkat lanjut Signifikasi Pembelajaran PAI Pembelalajaran PAI seperti ditegaskan dalam PP. 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan berfungsi mempersiapkan para siswa untuk menjadi orang yang beriman, nbertakwa, dan berakhlak mulia, dan mampu menjaga kerukunan. Pembelajaran PAI dengan hanya mengandalkan akumulasi pengetahuan melalu hafalan atau penambahan ilmu tanpa dibangun koneksitas antara satu dan lainnya, maka semakin banyak ilmu, tetapi kurang bermanfaat. Karena partikular-partikular ilmu tersebut tidak dapat membangun kesatuan utuh menjadi insan kamil. Tampaknya, pembelajaran melalui teori belajar Ausubel ini, sangat menolong untuk merekonstruksi pembelajaran PAI, dengan memanggil keterlibatan penuh guru dalam proses pembelajaran, dalam bingkai pembelajaran aktif, kolaboratif, dan juga kerja sama antarsiswa, dan siswa dengan guru.   DAFTAR PUSTAKA Isti’adah, Feida Noorlaila. Teori-teori dalam Belajar: Pendidikan. Tasikmalaya: Edu Publisher, 2020. lefudin. Belajar Pembelajaran. yogyakarta: Utama, 2014. Nai, Firmina Angela. Teori Belajar dan Pembelajaran: Implementasinya dalam Pembelajaran Bahasa di Indonesia di SMP, SMA, dan SMK. Yogyakarta: Budi Utama, 2017. Rosyada, Dede. Madrasah dan Profesionalisme Guru: dalam Arus Dinaika Pendidikan Islam di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Kencana, 2017. Umbara, Uba. Psikologi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Komentar